TPI Karangsong
Hasil laut yang sangat komersial
di TPI Karagsong adalah ikan tenggiri, tongkol,
kakap merah, bawal, cucut.
Ikan Tenggiri
Klasifikasi ikan tenggiri
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Osteichthyes
Subclass: Actinopterygii
Order: Perciformes
Superorder: Acanthopterygii
Family: Scombridae
Genus: Scomberomorus
Harga Rp 30.000-35.000,- / kg
Klasifikasi ikan tongkol
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Osteichthyes
Subclass: Actinopterygii
Order: Perciformes
Suborder: Scombroidei
Family: Scombridae
Genus: Euthynnus
Harga Rp 10.000-15.000,- / kg
Klasifikasi ikan kakap merah
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Actinopterygii
Subclass: Actinopterygii
Order: Perciformes
Suborder: Percoidei
Family: Lutjanidae
Genus: Lutjanus
Harga Rp 25.000-40.000,- / kg
Klasifikasi ikan bawal
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Actinopterygii
Subclass: Actinopterygii
Order: Perciformes
Suborder: Stromateoidei
Family: Stromateidae
Genus: Pampus
Harga Rp 35.000,- / kg
Klasifikasi ikan cucut
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Osteichthyes
Subclass: Actinopterygii
Order: Beloniformes
Family: Belonidae
Genus: Tylosurus
Harga Rp 10.000-15.000,- / kg
Musim hasil laut yang maksimum
pada saat musim timuran, yaitu bulan Oktober,
November dan Februari. Sedangkan
pada bulan Desember dan Januari kurang
maksimal karena cuaca
buruk. Akibatnya, nelayan menjadi sulit
melaut dan hasil
tangkapan ikan pun menurun. Hal
tersebut menyebabkan harga ikan melonjak naik.
Tak hanya mengalami kenaikan,
sejumlah jenis ikan juga mengalami kekosongan
pasokan.
‟Hasil tangkapan ikan di tiap
kapal rata-rata turun 20 persen,‟‟ terang Ketua
Koperasi Perikanan Laut (KPL)
Mina Sumitra, Ono Surono, Selasa (7/12). Dalam
kondisi normal, kapal berukuran
antara 30–40 GT biasa mendapatkan hasil tangkapan
rata-rata senilai Rp 150 juta.
Namun saat ini, hasil tangkapan setiap kapal rata-rata
hanya sebesar Rp 120 juta. Hal
tersebut ikut berdampak pada volume lelang ikan di
TPI Karangsong. Dalam kondisi
normal, jumlah ikan yang dilelang rata-rata
mencapai 60 ton per hari, dengan
nilai sekitar Rp 500 juta. Namun pada kegiatan
lelang Senin (6/12) lalu,
nilainya hanya sekitar Rp 300 juta. Menurut Ono, penurunan
itu disebabkan cuaca yang buruk
di tengah laut cuaca buruk seperti hujan
deras,
mendung tebal serta hembusan
angin laut yang kencang bahkan rob. Akibatnya,
aktifitas penangkapan ikan oleh
nelayan menjadi terbatas. Pasalnya, nelayan harus
sering berlindung di pulau-pulau
kecil jika cuaca buruk datang. Sementara itu, tak
hanya dialami kapal-kapal besar,
kesulitan mencari ikan yang lebih parah justru
dialami para nelayan
tradisional. Kecilnya ukuran perahu dan mesin perahu,
menyebabkan aktifitas nelayan
tradisional lebih terbatas lagi (Anonim, 2010).
Hasil tangkapan langsung di
lelang di TPI kemudian dipasarkan ke sekitar
Indramayu, Jakarta dan Bandung (Pasar Andir, Pasar
Caringin dan Pasar Ciroyom).
Hasil laut ini tidak hanya
didapatkan dari perairan Indramayu, tetapi juga dari
perairan Kalimantan, Natuna,
Kepulauan Sugi, Tembilang, Bangka, dll.
Peningkatan kesejahteraan
nelayan dan pedagang selama ini belum sejahtera.
Para pedagang ini merasa cukup
dengan berjualan. Kebanyakan dari keluarga mereka
bekerja juga sebagai nelayan dan
pedagang yang bekerja di TPI, tetapi ada juga yang
bekerja sebagai pegawai pemerintah
daerah dan di koperasi.
Para pedagang dan nelayan yang
berada di TPI Karangsong mengaku tidak
pernah mendengar tentang
pengelolaan pesisir terpadu dari Pemda.
Mereka hanya
diberikan informasi dan saran
mengenai program untuk tidak menggunakan alat
tangkap yang tidak ramah
lingkungan dan mendapatkan program ganti
rugi akibat 41
tumpahan minyak yang mengenai
mangrove tetapi hanya untuk nelayan
kecil dan
dana tersebut baru cair setelah
2 tahun kejadian.
Menurut para pedagang dan
nelayan sampai saat ini jarang sekali dilakukan
bersih-bersih pesisir atau TPI,
hanya sekitar 2 sampai 3 kali saja.
Harapan pedagang dan nelayan
untuk pengelolaan TPI dan pengelolaan
pesisir
agar lebih maju adalah
peningkatan sarana dan prasarana yang lebih baik,
terwujudnya lingkungan yang
bersih, harga ikan yang stabil sehingga nelayan tidak
merugi, dan didirikannya pabrik
pengolahan ikan agar hasil tangkapan dapat secara
langsung diolah.
Koresponden
1. Nanang (22), Pedagang
2. Dina (35), Nelayan
3. Turiah (56), Pedagang
4. Aben (50), Pedagang
5. Jepri (27), Pedagang
Data mengenai perkembangan
tempat pelelangan ikan (TPI) Karangsong,
Indramayu, didapatkan setelah melakukan wawancara dengan
salah satu staf unit di
TPI Karangsong yaitu Pak Tarlim.
Pak tarlim bekerja sejak tahun
2003 hingga sekarang. Sudah selama 7 tahun
bekerja di TPI Karangsong.
Beliau menjabat sebagai unit staff TPI Karangsong. TPI
Karangsong berdiri sejak tahun 1991 yang masih beratapkan seng
dan operasional
didalamnya masih belum lancar
dan hanya melelang sotong dan cumi saja. Setelah
tahun 2002 operasional TPI
Karangsong melelang banyak ikan dan kepiting.
Sedangkan sotong dan cumi pindah
ke TPI lainnya. Di TPI Karangsong biasanya
melelang ikan tongkol, ikan
tenggiri, ikan kakap merah, ikan bawal, ikan pari dan
bahkan ikan hiu.
Setiap hari TPI Karangsong
mengadakan inspeksi di bagian administrasi, berat
baku ikan dan nama ikan. Nelayan
di sekitar Indramayu tidak ada yang melanggar
karena telah di buat Peraturan
daerah dan staf TPI setiap hari
mengawasi di daerah
pelelangan. Harapan dari beliau
agar penanaman mangrove di pesisir Indramayu terus
dilaksanakan dan dilestarikan
agar tanah di sekitar pesisir tidak terkikis oleh air laut
(abrasi) dan ekosistem kepiting
bakau tetap hidup di sekitar pesisir.
Peningkatan pendapatan daerah
merupakan hal yang paling penting di daerah
Indramayu karena adanya
pemasukan dana ke Perda semakin banyak. Masyarakat
mempunyai peran penting dalam
pelelangan tetapi setiap nelayan harus memiliki
jaminan.
Peran pemerintah pusat dalam
meningkatkan kelestarian kawasan di Karangsong
melalui dinas ke luar desa.
Cara berkomunikasi antar Pemda dengan
nelayan agar
mensosialisasikan suatu informasi yaitu dengan melalui Koperasi
Perikanan Laut
yang ada di TPI Karangsong.
Pemasaran ikan yang berada di
TPI Karangsong yaitu dengan mengirim ke
Bandung, Jakarta, Cirebon,
Surabaya dan perusahaan yang menjalin hubungan
dengan TPI Karangsong. Sirkulasi
uang yang terjadi di TPI Karangsong sekitar 800
juta per hari dan bisa mencapai
13-14 Miliar per bulan. Dan TPI ini ramai pada hari
lebaran yang bisa mencapai
puncak sirkulasi pelelangan mencapai 1 Miliar per hari.
Kuisioner wisatawan Pantai Tirtamaya
1. Namanya siapa? Dari mana asalnya?Alasan ke
karang song/pantai tirtamaya
ini apa? Sudah berapa kali
bapak/ibu ke lokasi ini?
2. Bagaimana persepsi saudara tentang keberadaan
dan lokasi lingkungan
disekitar? Bagaimana saudara
mengetahui disini ada lokasi wisata ?Apakah
harga tiket (parkir, tiket
masuk) yang dijual oleh pengelola itu mahal atau
murah?
3. Apa saudara harapakan untuk kedepannya
tentang lokai wisata ini (baik di
karang song maupun pantai
tirtamaya) ?Bagaimana saudara bisa menjaga
keberadaan dan kelestarian
kawasan ini? Apakah saudara telah ikut
membuang sampah pada tempatnya,
dan mematuhi semua peraturan yang ada
disekitar kawasan ini?
4. Apakah komoditas yang saudara sukai dai
kawasan ini?keindahan pantainya,
kawasan mangrove, lokasinya,
kedekatan dari tempat tinggal ini?bagaimana
mengenai fasilitas umum yang ada
di kawasan ini, apakah sudah cukup
memadai?
5. Apakah saudara bila menemukan toko pedagang
oleh-oleh/souvenir, saudara
akan membeli oleh-olehnya?
6. Apa yang ada harapkan dari kawasan ini untuk
masa yang akan datang?
Apakah pencemaran / keruksakan
kawasan iini mengganggu saudara dalam
menikmati kawasan ini? Apa yang
saudara bisa bantu untuk mengatasi
keruksakan ini?
Jawaban :
1. Ncus, 19tahun
: Karawang
*Menurutnya pantai Karangsong
: -
“Jelek Banget di bandingkan pantai-
pantai lainnya seperti anyer dan
Karang Bolong. Saya mengetahui pantai
wisata tirtamaya dari temen
sekampus. Jadi penasaran aja dating kesini, ini
juga kali pertama saya
berkunjung k pantai Tirtamaya ini. Fasilitasnya juga
kurang memadai . Mungkin jika
ada took souvenir saya pasti membeli barang
souvenir asalkan tidak mahal “
Tandasnya
*Harapan : - Area Pantai Wisata
diperluas
- Di bangun Breakwater
- Fasilitas ditingkatkan
- Rehabilitasi pantai agar menjadi lebih baik
2. Oji, 19Tahun
: Jakarta
*Menurutnya pantai Karangsong :
- Sangat tak terawatt di bandingkan pantai-
pantai lainnya , jauh seperti P.
Seribu yang airnya jernih dan hamparan
terumbu karang terlihat. Mengunjungi
Pantai Tirtamaya ini untuk
pertamakalinya,karena kebetulan
lewat aja dan penasaran . Fasilitas
pendukung pariwisatanya kurang
seperti penyewaan perahu, took-toko
souvenir. Mungkin jika kondisi
lingkungan pantainya bagus ,banyak para
stakeholder yang berminat untuk
berinvestasi . Mengenai harga tiket juga
cukup murah namun view yang
didapat juga sebanding harga masuknya .
hehehe”
*Harapan : - Sampah-sampah di
bersihkan
- Ada rehabilitasi untuk memperbaiki
pantai TirtamayA
3. Fredy, 19tahun
: Jambi
Baru pertama kali k Pantai
Tirtamaya, ingin mengetahui Pantai Tirtamaya.
Menurutnya pantai nya sangat
tidak terawat . airnya kotor.
Harapannya , kedepannya Pantai
Tirtamaya lebih diperbaharui mulai dari
fasilitasnya sampai kondisi
lingkungan area pantai.
4. Mainly, 24tahun
: Medanut
Sering ke tirtamaya, dikarenakan
kebetulan mampir aja. Soalnya pantai
Tirtamaya Good Lucking, Pasir
pantainya Putih,
Harapannya : Masuk Area Wisata
Free
5. Haryanti Pasaribu, 24tahun
: Medan
Menurutnya pantai Tirtamaya
sangat kurang terawatt. Lebih bagus Pantai
Pangandaran. Dia mengatakan,
pertamakalinya berkunjung k Tirtamaya. Yang
saya sukai di pantai ini tiket
masuknya murah, terus cocok buat lokasi seru-
seruan sama temen-temen.
Harapannya agar Fasilitas nya lebih lengkap dan
kondisi lingkungan pantai lebih
diperhatikan oleh pengelola wisata pantai
Tirtamaya .
6. Warti, 44Tahun
: Peedangang, Warga asli
Tirtamaya
Pada tahun 1985 kondisi Pantai
Tirtamaya jauh sekali dengan kondisi yg
sekarang. Dulu pantai Tirtamaya
sangat bagus, banyak pengunjung dari luar
kota bahkan artis-artis ibu kota
sering sekali berwisata di Pantai
Tirtamaya,istirahat menikmati
pemandangan Tirtamaya yang masih bagus .
hingga pedagang Arab Pun banyak
yang singgah di pantai Tirtamaya sekedar
ber Namun pada tahun 1999 Pantai
Tirtamaya menjadi rusak diakibatkan
Diurug saat akan di bangun
Balongan, sehingga pengurugan tersebut