Pembahasan
Potensi Pesisir Kabupaten
Indramayu
Kabupaten Indramayu memiliki
panjang pantai yang mencapai 114 km, memiliki
3 Pulau kecil yang berpotensi yaitu Pulau Biawak, Pulau Gosong dan Pulau
Candikian. Pemerintah Kabupaten
Indramayu aktif dalam membangun potensi-
potensi yang dimiliki Kabupaten
Indramayu khususnya bidang perikanan dan ilmu
kelautan yang ditangani instansi
terkait yaitu Dinas Perikanan dan
Kelautan
(DISKANLA) Kabupaten Indramayu.
Hingga tahun 2009, Kabupaten
Indramayu telah memiliki areal tambak (Air
Payau) seluas 22.800 Ha, Kolam
(Air Tawar) seluas 25.000 Ha, Mina Padi (Air
Tawar) seluas 65.000 Ha dan
Budidaya di Laut seluas 6.192 Ha. Kabupaten
Indramayu juga memiliki nilai
produksi potensial yang cukup besar diantaranya
Produksi Hasil Tangkapan Potensial
di Laut (MSY) mencapai 49.395 Ton, Produksi
Potensial Budidaya di tambak
sebesar 142.819 Ton, Produksi Potensial Budidaya di
kolam sebesar 250.000 Ton dan
Produksi Potensial Mina Padi sebesar 52.000 Ton.
Potensi hasil perikanan dan laut
yg sedang dikembangkan adalah budidaya rumput
laut Glacilaria sp
dan Eucheuma cottonii dengan metode tambak untuk budidaya
Glacilaria sp yang dimana
Glacilaria sp dimasukkan bersamaan di kolam budidaya
ikan bandeng, kemudian metode
rakit apung untuk budidaya Eucheuma cottonii, hasil
panen pertama dari budidaya Glacilaria sp menghasilkan sekitar 5 ton,
sedangkan
untuk budidaya Eucheuma cottonii tidak berhasil dalam panen pertamanya
dikarenakan faktor ombak yg
mengakibatkan rakit apung tersebut rusak.
Potensi Sumber Daya Manusia
Indramayu
Penduduk Kabupaten Indramayu
pada tahun 2007 mencapai 1.717.793 jiwa,
dengan kualitas Sumberdaya
Manusia berdasarkan Indek
Pembangunan Manusia
(IPM) Kabupaten Indramayu tahun 2008 sebesar 68,64 ( angka sementara )
Sumberdaya Manusia yang berusaha
di bidang perikanan dan kelautan tahun
2008
tercatat 71.538 orang, yang
terdiri dari nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah hasil
perikanan, dengan rata-rata
tingkat pendidikan SD sebesar 64 %, SLTP sebesar 24 %,
SLTA sebesar 11 % dan Perguruan
Tinggi sebesar 1 %.
Tempat Pelelangan Ikan
Karangsong Kabupaten Indramayu
Dalam upaya untuk terus
meningkatkan pembangunan sektor perikanan dan
kelautan Kabupaten Indramayu
membangun beberapa Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
salah satunya TPI yang terletak
di Desa Karangsong. TPI ini dikelola oleh sebuah
koperasi yaitu Koperasi Mina
Perikanan Laut Mina Sumitra. Status hak milik tanah
yang digunakan TPI Karangsong
adalah milik pemerintah namun untuk rumah
penduduk yang berada dekat TPI
Karangsong adalah status hak milik pribadi. Hingga
saat ini TPI Karangsong masih
dalam tahap pembangunan sehingga kondisinya
terlihat sangat tidak
rapih.
Fasilitas-fasilatas umum di TPI Karangsong
1. Bangunan utama Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Pada bangunan utama ini terdapat
beberapa fasilitas umum yang dapat
digunakan dalam aktivitas di
Tempat Pelelangan Ikan (TPI), seperti:
a) Kamar mandi sejumlah empat kamar, satu kamar
mandi dalm
kondisi rusak.
b) Teras depan digunakan sebagai tempat lelang.
c) Teras belakang digunakan sebagai pengemasan
ikan kedalam
peti ikan.
d) Ruang pengurus harian Tempat Pelelangan Ikan
(TPI)
e) Kamera dan CCTV
2. Bangunan unit pendukung Tempat Pelelangan
Ikan (TPI)
Pada bangunan unit pendukung di
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa
Karangsong terdapat beberapa
unit, diantaranya:
a) Unit perbekalan kapal
b) Unit spare part mesin kapal
c) Unit Warung Serba Ada (WASERBA)
3. Tempat ibadah
Fasilitas tempat ibadah di
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa
Karangsong yang ada adalah
Masjid Nurul Hikmah yang lokasi nya di
belakang bangujnan utama Tempat
Pelelangan Ikan (TPI).
Dikarenakan mayoritas pemeluk
agama warga di sekitar Tempat
Pelelangan IKan (TPI) Desa
Karangsong memeluk agama Islam.
4. Pos Keamanan
Fasilitas Pos Keamanan yang
terdapat di Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) ada dua pos yng terletak
di depan sisi kanan dan kiri bangunan
utama Tempat Pelelangan Ikan
(TPI).
5. Tempat Parkir
Fasilitas tempat parkir Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) dibangun diatas
lahan seluas 2.350 m2
namun karena lahan yang digunakan tidak
cukup untuk menampung kendaraan
yang masuk maka parkir
kendaraan banyak dialihkan ke
berbagai tempat yang masih kosong.
6. Air bersih
Air bersih sangat dibutuhkan di
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) untuk
membersihkan ikan dan
perlengkapan peti ikan. Untuk itu Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) Desa
Karangsong melakukan upaya dalam
mencukupi ketersediaan air
bersih Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
dengan menggunakan jasa PDAM dan
membuat sumur bor di Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) tersebut.
Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Desa Karangsong pun membangun alat
penyuling air sungai bekerjasama
dengan Belanda dengan harapan
kedepannya bias membantu dalam
menyediakan air bersih di Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) Desa
Karangsong.
Pengelolaan Limbah di TPI Karangsong
Hingga saat ini di Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) belum tersedia tempat
khusus untuk pembuangan limbah.
Biasanya limbah-limbah hasil dari
kegiatan di TPI Karangsong akan
dibuang ke sungai. Namun tidak semua
limbah dibuang ke sungai karena
masyarakat sekitar sebagian besar masih
memanfaatkan limbah-limbah hasil
dari kegiatan di TPI Karangsong untuk
diolah kembali menjadi bahan
baku pembuatan pakan ikan.
Kebersihan di TPI Karangsong
Setiap hari kebersihan TPI terus
dijaga oleh 3 orang pekerja yang khusus
untuk membersihkan TPI
Karangsong setiap harinya. TPI Karangsong selalu
dibersihkan setelah kegiatan
Pelelangan di TPI Karangsong berakhir sehingga
kebersihan TPI Karangsong tetap
terjaga setiap harinya.
Hasil Laut Komersial di TPI Karangsong
Hasil laut yang menjadi komoditi
utama di TPI Karangsong antara lain ikan
Kakap Merah, Hiu, ikan Remang
dan ikan Tongkol. Namun yang paling
dominan adalah ikan tongkol.
Dari hasil wawancara terhadap
pedagang dan nelayan didapat bahwa harga
ikan melonjak naik, dan sedikit
jenis ikan yang dijual maupun ditangkap,
beberapa ikan dengan harga yang
tinggi yang terdapat di Tempat Pelelangan
Ikan Karangsong adalah ikan
tenggiri, tongkol, kakap merah, bawal, cucut,
dengan kisaran harga Rp
10.000 –
Rp 55.000. Hal ini dikarenakan
Para
nelayan di pesisir pantai utara
Kabupaten Indramayu memilih tidak melaut
yang disebabkan adanya
"musim barat" yang ditandai gelombang tinggi di
sejumlah kawasan perairan yang
menjadi daerah penangkapan ikan. Daerah
tangkapan ikan nelayan asal
Indramayu itu diantaranya wilayah perairan
Kalimantan, Pulau Natuna, dan
daerah Bangka - Belitung. Hal ini sesuai
dengan beberapa penyebaran ikan
hasil tangkapan yaitu Ikan Tongkol
(Scomber Australasicus) tersebar
di perairan Kalimantan, Sumatera, Pantai
India, Filipina dan sebelah
selatan Australia, sebelah barat Afrika Barat,
Jepang, sebelah barat Hawai dan
perairan pantai Pasific – Amerika, Tenggiri
(Scomberomorus Lineolatus),
berada pada habitatnya di seluruh perairan
pantai, daerah penangkapannya di
perairan pantai . Tenggiri tersebar di
seluruh perairan Indonesia,
Sumatera, Madura. Perairan Indo-Pasifik, Teluk
Benggala, Laut Cina Selatan dan India, sedangkan untuk
Kakap Merah
daerah penyebaran kakap merah
hampir di seluruh Perairan Laut Jawa, mulai
dari Perairan Bawean, Kepulauan
Karimun Jawa, Selat Sunda, Selatan Jawa,
Timur dan Barat Kalimantan,
Perairan Sulawesi, Kepulauan Riau (Djamal dan
Marzuki 1992).
Pengelolaan kawasan Mangrove
Tidak dipungkiri lagi bahwa
peran dan kontribusi mangrove sangatlah penting
untuk menunjang hasil perikanan
dan kelautan. Pemerintah Kabupaten Indramayu
bekerjasama dengan masyarakat
Indramayu terus mengelola mangrove hingga saat
ini. Bahkan telah terbentuk
beberapa organisasi yang peduli terhadap kondisi
mangrove di Indramayu salah
satunya adalah Kelompok Pantai Lestari. Masyarakat 51
Indramayu sendiri telah sadar
akan pentingnya keberadaan mangrove hal ini
ditunjukkan dengan perilaku
masyarakat yang tidak menebang mangrove
sembarangan. Biasanya mereka
hanya mengambil kayu dari pohon mangrove yang
telah mati bahkan masyarakat
Indramayu juga mempunyai inisiatif sendiri untuk
menanam pohon mangrove.
Koordinasi antara Dinas
Perikanan dan Kelautan Indramayu dengan
Masyarakat Pesisir Indramayu

Keberhasilan dari suatu program
di daerah bukan hanya karena kemampuan
pejabat daerahnya namun juga
karena masyarakatnya yang mau bersama-sama untuk
membangun daerah tersebut.
Karena itu diperlukan suatu koordinasi yang baik antara
pejabat pemerintahan dan
masyarakat agar program tersebut berjalan dengan baik.
Hingga saat ini koordinasi antar
Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu dengan
masyarakat pesisir indramayu
berjalan cukup baik. Dalam melakukan sosialisasi
program dari Dinas Perikanan dan
Kelautan Indramayu selalu melibatkan tokoh-
tokoh masyarakat pesisir agar
seterusnya program itu disampaikan pada masyarakat
di pesisir Indramayu. Salah satu
program yang mendapat apresiasi dari masyarakat
adalah pelayanan pemberitahuan
Daerah Penangkapan Ikan (DPI) melalui
sms.
Masyarakat hanya perlu mengirim
sms mengenai dimana DPI kepada Dinas
Perikanan dan Kelautan
Indramayu. Maka masyarakat akan langsung menerima
informasi DPI di sekitar
perairan Indramayu. Dinas Perikanan dan Kelautan
melaksakan program ini
bekerjasama dengan Lembaga Antariksa Penerbangan
Nasional dan BMKG.
Dalam perencanaan pengelolaan
pesisir terpadu di kabupaten indramayu peran
serta dinas-dinas terkait
sangat, contohnya DISKANLA, Dinas Pekerjaan Umum,
DPLH, BAPPEDA dan unsure lainnya
dalam pemerintahan daerah yang mendukung
rencana strategis tersebut.
Dalam koordinasinya dinas – dinas terkait sejalan dengan
aturan pemerintah daerah yang
tersusun dalam PERDA agar tidak terjadinya tumpang
tindih antar kebijakan. Ada,
untuk tanggap darurat bencana alam tersendiri ada
bagiannya setiap kecamatan telah
dibentuk tim Satlak tanggap bencana alam namun
untuk fasilitas perlu
ditingkatkan kembali, mengenai alokasi dana pemerintah
kabupaten indramayu telah
mencanangkan dana tersebut.
Dalam hal SDA Indramayu,
pemerintah pusat dan daerah bekerja sama
meningkatkan dan menjaga SDA
dengan cara antara lain : mengadakan sosialisasi,
pengadaan patroli, memfasilitasi
alat tangkap ramah lingkungan, melakukan
rehabilitasi mangrove, melakukan
penebaran benih ikan dan merencanakan
pengelolaan ICM.
Dalam hal komunikasi pihak DKP
dengan para Nelayan khususnya, selain
mengundang para nelayan untuk
mengikuti suatu program penyuluhan juga pihak
DKP menggunakan metode pesan
singkat (SMS). Metode ini digunakan dikarenakan
hampir semua nelayan di
Indramayu menggunakan handphone dalam
kehidupan
sehari-harinya. Penggunaan
metode ini dengan cara mengirimkan pesan singkat
kesejumlah nelayan yang sudah
dikoordinasikan terlebih dahulu untuk kemudian di
kirimkan lagi ke nelayan lain
sesuai alur koordinasinya. Isi pesan singkat ini berupa
informasi kondisi cuaca seperti
kecepatan angin, kecepatan arus, tinggi gelombang
dan hal lain yang berhubungan
dengan kebutuhan kedua belah pihak.
Kondisi Nelayan
Kondisi nelayan di
Indramayu hingga saat ini masih belum sejahtera. Hal ini
semakin diperparah dalam
memenuhi kebutuhan hidup para nelayan dan pedagang di
Indramayu yang sudah cukup hanya
menangkap ikan dan berjualan. Padahal seperti
yang diketahui hasil ikan tidak
menentu tergantung cuaca. Kondisi nelayan sangat
berbanding terbalik dengan
kekayaan sumber daya alam negeri kita.Sangat ironis
sekali dengan potensi yang
begitu besar, saat ini masih banyak penduduk desa pantai
yang memiliki taraf hidup
tergolong rendah. Kemampuan nelayan untuk memenuhi
kebutuhan dasar minimal
kehidupan sehari-hari sangat terbatas. Bagi masyarakat
nelayan, diantara beberapa
kebutuhan pokok kehidupan, kebutuhan yang paling
penting adalah pangan.
Beberapa Faktor – Faktor yang
mempengaruhi kemiskinan Nelayan
a. Ketersediaan Sumber daya ikan
Ketersedian sumber daya
perikanan di Indramayu ini
tidak dibarengi dengan
Teknologi yang baik, dan
modern.
b. Keterbatasan Modal
Nelayan dalam memproduksi ikan
memerlukan input produksi atau faktor
produksi. Adapun wujud dari
input produksi berupa modal (Uang), alat
tangkap dan peralatan melaut
lainnya seperti kapal/perahu. Kebanyakan
nelayan di Indonesia modal
menjadi persoalan yang sangat serius hal ini
dikarenakan nelayan memiliki
keterbatasan modal. Nelayan masih
mengandalkan modal dari juragan
sehingga hasil produksinya tidak bisa
dinikmati secara total oleh
nelayan yang bersangkutan. Belum lagi
diperparah
oleh posisi nelayan yang 80%
masih sebagai buruh tangkap sehingga
menyebabkan hasil (pendapatan)
nelayan menjadi rendah.
c. Rendahnya Tingkat Kependidikan
Satu aspek yang (juga) menjadi
akar kemiskinan nelayan adalah rendahnya
tingkat pendidikan. Dengan demikian, keterbatasan tingkat
pendidikan juga
berdampak pada pemahaman proses penangkapan
dan pemanfaatan hasil
tangkapan. Banyak sekali nelayan
yang mengambil jalan pintas untuk
mendapatkan hasil produksi
tangkapan seperti menggunakan bom
ikan/dinamit, racun ikan atau
putasium. Mereka (nelayan) tidak pernah
memikirkan dampak di masa yang
akan datang bahwa ikan yang di bom atau
di putasium secara alamiah akan
merusak ekosistem laut yang berakibat pada
hilangnya bibit-bibit ikan.
d. Lemahnya Lembaga Kelautan
Keberadaan suatu kelembagaan
sangat bermanfaat bagi nelayan agar dapat
membantu pelaksanaan program
pemerintah. Bentuk kelembagaan itu sendiri
antara lain koperasi unit desa
Mina bahari, Himpunan Nelayan Seluruh
Indonesia (HSNI) dan beberapa
kelompok nelayan lainnya. Namun pada
kenyataannya, Selama ini
keberadaan kelembagaan nelayan belum
sepenuhnya berjalan secara baik
dan belum mampu menjadi wakil dari
nelayan.
Dari hasil wawancara yang
didapat para pedagang dan nelayan TPI Karangsong
mengaku tidak pernah mendengar
tentang pengelolaan pesisir terpadu dari pemda.
Mereka hanya diberikan informasi
mengenai program untuk tidak menggunakan alat
tangkap yang tidak ramah lingkungan, dan mendapatkan program ganti rugi akibat
tumpahan minyak yang mengenai
mangrove tetapi hanya untuk nelayan kecil dan
dana tersebut baru cair setelah
2 tahun kejadian. Sangat disayangkan
Pemerintah
Daerah Indramayu kurang
memperhatikan dan memberikan solusi yang tepat bagi
para nelayan/ pedagang di TPI
Karangsong Indramayu, hal ini merupakan salah satu
faktor taraf hidup nelayan /
pedagang masih dalam angka yang sangat kecil.
Pemberian bantuan modal
merupakan langkah kongrit yang harus dilakukan oleh
pemerintah diantaranya adalah
bantuan unit penangkapan kepada nelayan yang
merupakan langkah yang secara
langsung akan dapat meningkatkan pendapatan
nelayan. Dengan adanya bantuan
unit penangkapan maka pendapatan nelayan tidak
lagi tergantung pada bagi hasil
yang diperoleh dari pemilik unit penangkapan, tapi
langsung dari besarnya nilai
penjualan hasil tangkapan yang diperolehnya (Marwoto
2004).
Harapan pedagang di TPI Karangsong Indramayu ialah
perbaikan sarana,
misalnya pengolahan limbah hasil
perikanan lebih diatur kembali. Para pedagang di
TPI Karangsong ini lebih
menyukai kondisi TPI sebelum diperbaharui seperti
sekarang, karena kondisi
sekarang menyulitkan pedagang TPI Karangsong dalam
melakukan aktivitas.
Kondisi Pantai Tirtamaya
Pantai Tirtamaya di Desa
Juntinyuat, Kecamatan Juntinyuat, Indramayu termasuk
salah satu obyek wisata yang
relatif lebih dikenal masyarakat luas, dibandingkan
obyek wisata pantai lainnya yang
ada di Indramayu. Tetapi keadaan umum
pantai
Tirtamaya ini sudah sangat
mengkhawatirkan dengan kondisi pantai yang sudah
banyak tercemar baik akibat dari
limbah manusia, wisata maupun dari kondisi alam
yang lama kelamaan terjadinya
abrasi pantai di Tirtamaya ini. Menurut warga sekitar
abrasi ini terjadi salah satunya
akibat dari pembangunan proyek UP VI Balongan PT.
Pertamina, pada saat pembangunan
proyek ini pada tahun 80-an untuk pondasi dasar
menggunakan batuan koral dan
pasir dari Pulau Gosong yang dikeruk kemudian
disedot dan dijadikan pondasi
dasar pada proyek tersebut.
Pada tahun 1985 kondisi Pantai
Tirtamaya jauh sekali dengan kondisi yg
sekarang. Dulu pantai Tirtamaya
sangat bagus, banyak pengunjung dari luar kota
bahkan artis-artis ibu kota
sering sekali berwisata di Pantai Tirtamaya,istirahat
menikmati pemandangan Tirtamaya
yang masih bagus . hingga pedagang Arab Pun
banyak yang singgah di pantai
Tirtamaya sekedar ber Namun pada tahun 1999 Pantai
Tirtamaya menjadi rusak
diakibatkan Diurug saat akan di bangun Balongan, sehingga
pengurugan tersebut
mengakibatkan abrasi pantai hingga saat ini.
Minimnya fasilitas di tempat
Wisata Pantai Tirtamaya ini adalah salah satu
kendala untuk memajukan tempat
wisata ini pembangunan serta penataan yang
kurang baik juga salah satu
menjadi pendukung menurunnya pengunjung disamping
dari bencana abrasi.
Adanya kegiatan wisata bahari haruslah menjamin kelestarian lingkungannya
terutama yang terkait dengan
sumberdaya hayati renewable maupun non renewable
sehingga dapatmenjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat di
kawasan tersebut
khususnya di wilayah Pantai
Tirtamaya ini. Wilayah pesisir di Indramayu sangat
potensial untuk di manfaatkan
untuk kegiatan wisata Bahari baik
secara langsung
maupun tidak langsung.
Pengembangan wisata bahari di dasarkan kepada kondisi
lokal spesifik dengan melibatkan masyarakat sekitarnya akan berkelanjutan.
Perencanaan dan Pengembangan
wisata bahari harus dilakukan secara
terpadu
sesuai dengan kondisi lokal
spesifik, ekologis, bentang alam, adat
dan budaya yang
merupakan komponen ciptaan Allah
untuk dapat dikelola, dimanfaatkan sebaik